Makalah Husnudzon, Raja, dan Taubat
Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah “Akhlaq Terpuji” ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Ciamis, Januari 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengertian akhlak adalah kebiasaan
kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .
Ada berbagai macam Akhlaq atau
sifat dalam kehidupan di dunia ini, ada yang terpuji dan juga tercela. 3 contoh
akhlaq terpuji : Husnudzon, Raja, dan Tobat.
Husnuzan artinya berbaik sangka, Perilaku
husnuzan termasuk akhlak terpuji karena akan mendatangkan manfaat. Raja’ adalah sikap
mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu dapat
diraih. Taubat berarti memohon ampunan kepada Allah Swt. atas segala dosa dan
kesalahan. Taubat merupakan bentuk pengakuan atas segala kesalahan dan
pernyataan menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud Husnudzon, Raja, dan Taubat.
2.
Bagaimana menerapkan Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Apa
hikmah dari Husnudzon, Raja, dan Taubat.
C. Tujuan
1. Mengetahui
apa yang dimaksud Husnudzon, Raja, dan Taubat.
2. Mengetahui bagaimana cara menerapkan
Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengetaui
hikmah-hikmah dari Husnudzon,
Raja, dan Taubat.
D. Manfaat
penulisan
Penyusunan berharap makalah ini
mampu menambah wawasan pembaca mengenai
akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan Penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari yang mampu menambah iman para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Husnudzon, Raja, dan Taubat
1.
Husnudzon
Pengertian Husnudzan
Ada
dua istilah yang sering kita dengar, yaitu Husnudzan dan Su’udzan.
Dzan itu sendiri sering juga diartikan ragu, karena mengandung unsur
keragu-raguan, ketidakpastian, bisa benar bisa salah. Prasangka itu bisa benar bisa salah. Berprasangka baik disebut Husnudzan
sedang berprasangka jelek disebut Su’uzzan. Husnudzan berarti berbaik
sangka atau kata lain tidak cepat-cepat berburuk sangka sebelum perkaranya
menjadi jelas. Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan berinteraksi dengan
sesamanya dalam suatu pergaulan. Hal itu disebabkan manusia adalah makhluk
sosial yang saling membutuhkan suatu pergaulan yang harmonis perlu dipupuk
sikap berbaik sangka antara sesama manusia. Sikap berbaik sangka meskipun
sepintas lalu sepele, akan tetapi sering kita tidak menyadarinya.
2.
Raja’
Pengertian Raja’
Secara bahasa raj’ berasal dari kata rajaa
yarjuu raj aj’an, yang berarti mengharap dan pengharapan. Apabila dikatakan
raj’ahu maka artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika dirunut
dari makna bahasa, maka asal makna raj’ adalah menginginkan atau
menantikan sesuatu yang disenangi.
Menginginkan kebaikan yang ada di sisi
Allah berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Raja’
adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal
itu dapat diraih.
Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali
adalah kegembiraan hati karena menanti harapan yang kita senangi dan kita
idam-idamkan. Harapan yang kita nantikan harus disertai dengan ikhtiar, doa dan
tawakkal. Harapan yang tidak disertai usaha dan doa dapat menjadikan seseorang
menghayal atau berangan-angan. Khayalan atau anganangan kosong disebut Gurur.
Orang yang hanya berikhtiar tanpa doa maka sesungguhnya ia adalah orang yang
sombong, sedang orang yang hanya berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia
adalah orang yang pemalas. Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal
kepada Allah Swt.
Jika mengharap ridha, rahmat, serta
pertolongan Allah Swt., kita harus memenuhi ketentuan Allah Swt. jika kita
tidak pernah melakukan salat ataupun ibadah-ibadah lainnya jangan harap akan
meraih ridha, rahmat, atau pertolongan Allah Swt.
3. Taubat
Pengertian Taubat
Taubat adalah kembali taat kepada Allah
s.w.t dan menyesal dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa
besar mahupun dosa
kecil serta
memohon keampunan dari Allah. Setiap individu disuruh bertaubat untuk
menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, sama ada dilakukan dengan sengaja
mahupun tidak.
Hukum bertaubat adalah wajib, ada dosa
kepada Allah s.w.t maupun dosa sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan
manusia, hendaklah meminta maaf daripada
manusia terbabit. Sekiranya dosa berkaitan dengan harta benda, hendaklah
dikembalikan harta tersebut kepada tuannya. Bertaubat kepada Allah hendaklah
dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas kerana taubat yang
tiada keikhlasan tidak mendatangkan apa-apa kesan terhadap individu terbabit.
Taubat yang terbaik adalah taubat yang penuh penyesalan, keinsafan dan rasa
rendah diri kepada Allah s.w.t.
B. Sikap
Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan sehari-hari
Ø Sikap Husnudzon
a.
Husnudzan Kepada Allah SWT
1. Syukur
Dalam QS Al-Baqarah [2] :152, Allah SWT berfirman, ''Maka ingatlah kamu
kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.'' Ayat ini secara jelas dan
gamblang memerintahkan kepada kita untuk selalu mengingat Allah dan bersyukur
atas segala nikmat-Nya.
v Cara bersyukur
kepada Allah SWT ialah dengan menggunakan segala nikmat karunia Allah SWT untuk
hal-hal yang diridai-Nya, yaitu:
§ Bersyukur dengan
hati ialah mengakui dan menyadar bahwa segala nikmat yang diperoleh manusia,
merupakan karuni Allah SWT semata dan tidak ada selain Allah SWT yang dapat
memberikan nikmat-nkmat itu.
§ Bersyukur dengan
lidah seperti membacaAlhamdulillah (segala puji bagi Allah),
mengucapkan lafal-lafal dzikir lainnya, membaca Al-Qur’an, dan lainnya.
§ Bersyukur dengan
amal perbuatan, misalnya mengerjakan salat, menunaikan ibadah haji jika mampu,
berbakti kepada kedua orang tua, dan berbuat baik pada sesama manusia.
2.
Sabar
Manusia dalam hidupnya di dunia ini silih berganti berada
dalam dua situasi, yaitu situasi yang senang karena memperoleh nikmat dan
situasi sedih atau susah karena mengalami musibah. Apabila manusia itu berada
dalam situasi senang hendaknya ia bersyukur, dan bila berada dalam situasi
susah hendaklah ia bersabar.
Seseorang dianggap suuzan terhadap Allah SWT, misalnya
tatkala ia mengalami kegagalan dalam suatu usaha, ia menduga Allahlah penyebab
kegagalannya, Allah mendengar doanya, Allah itu kikir, Allah tidak adil, dan
lain-lain dugaan yang negatif terhadap Allah SWT. Padahal Allah SWT itu Maha
Mendengar, Mahadermawan, Mahaadil. Allah SWT tidak menyuruh hamba-Nya untu
gagal dalam suatu usaha. Oleh karena itu, jika seseorang gagal dalam suatu usaha,
ia tidak boleh menyalahkan Allah SWT.
b.
Husnuzan terhadap Diri
Sendiri
1.
Percaya Diri
Percaya diri
termasuk sikap dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh setiap
Muslim/Muslimah karena seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap
kemampuan dirinya, sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan berani pula
melakukan suatu tindakan. Muslim/Muslimah yang berilmu pengetahuan tinggi dan
memiliki keterampilan yang bermanfaat apabila ia percaya diri, tentu ia akan
memperoleh keberhasilan dalam hidup.
2.
Gigih
Sikap dan
perilaku gigih dalam meraih yang positif termasuk sikap
mahmudah (sikap terpuji) dan akhlakul karimah. Setiap muslim dan
muslimah wajib memiliki sikap gigih.
c. Husnuzan terhadap sesama
Manusia
1. Kehidupan berkeluarga
Untuk mewujudkan rumah tangga yang memperoleh rida dan rahmat Allah swt bahagia
dan sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.
ü Pasangan
suami-istri hendaknya saling berprasangka baik dan tidak saling curiga, saling
memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban masing-masing dengan sebaik-baiknya.
ü Hubungan
anak-anak dan orang tua dilandasi dengan prasangka baik dan saling pengertian.
ü Anak-anak berbakti
dan menyenangkan hati orang tua.
ü Orang tua
memberi kepercayaan diri pada anak agar anak bisa mengembangkan diri dan
melakukan hal-hal yang bermanfaat.
2. Kehidupan bertetangga
Saling
menghormati dan menghargai, baik secara sikap, ucapan lisan dan perbuatan.
Menghormati tetangga merupakan tanda-tanda dari manusia beriman:
“Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya menghormati
tetangganya.” (H.R. Muslim)
3. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Tujuan dari
berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah terwujudnya kehidupan
yang aman, tenteram, adil dan makmur, dibawah ampunan dari ridha Allah SWT. Hal
ini bisa ditempuh dengan saling berprasangka baik dan berperilaku terpuji.
Ø Sikap Raja’
1.
Optimis
Allah kelak akan
memberikan kelapangan setelah kesempitan. (QS. At-Thalaq [65] :7)
2.
Dinamis
Maka apabila engkau telah selesai (sesuatu
urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain). (QS. Al-Insyirh [94] : 7- 8)
Apabila salat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah. (QS. Al-Jumu’ah
[62] : 10)
3.
Selalu berpegang teguh kepada tali agama Allah yaitu agama Islam,
4.
Selalu berharap kepada Allah, agar selalu diberikan kesuksesan
dalam berbagai macam usaha dan mendapat
ridha dari-Nya,
5.
Menyadari
bahwa keberhasilan adalah suatu karunia yang Allah swt berikan.
6. Selalu berdoa dan bertawakal kepada
Allah swt.
7.
Selalu cinta (mahabbah) kepada Allah dalam beragam situasi dan keadaan.
8.
Yakin bahwa rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang
berbuat baik
9.
Biasakan agar selalu berstighfar sehabis sholat lima
waktu
10. Tidak mudah pantang menyerah dalam
berusaha, dan yakin bahwa Allah swt akan membantu dan mempermudah urusan-urusan
kita di dunia.
Ø Sikap Taubat
1.
Selalu membaca ISTIGFAR
2.
Melaksanakan
shalat Sunnat Taubat
3.
Selalu Meminta maaf (bila dosa nya
terhadapsesama manusia)
4.
Berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa lagi
5.
Selalu menyadari atas kesalahan yang telah Ia perbuat
6.
Meninggalkan hal-hal yang bersifat negative
7.
Menjauh
dari perbuatan maksiat
C. Hikmah
Husnudzon, Raja, dan Taubat
1.
Hikmah
Husnudzon
- Husnudzan akan mendatangkan ketentraman lahir batin
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan
pada Allah menunjukkan bahwa ia telah memiliki jiwa yang takwa, sabar, tabah dan tawakkal
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan
kepada Allah akan senantiasa dicintai
Allah karena ia senantiasa
menerima terhadap apa saja yang telah dilimpahkan kepadanya.
- Orang yang memiliki
sikap Husnudzan kepada sesama manusia akan senantiasa dicintai oleh
sesama, karena orang lain merasa tidak pernah dirugikan oleh ulahnya
- Sikap Husnudzan
akan menjauhkan seseorang dari perbuatan keluh kesah, iri, dengki, memtnah,
mengadu domba, dendam dan menggunjing.
2.
Hikmah
Raja’
- Raja’
akan menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan. Sebesar apapun
bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus ‘senyum’ optimisme dari wajahnya.
- Raja’ akan membuat
seseorang berprasangka baik membuang jauh prasangka buruk.
- Raja’ akan membuat
seseorang mengharapkan rahmat Allah dan
tidak mudah putus asa
- Raja’ akan membuat
seseorang merasa tenang, aman, dan tidak merasa takut pada siapapun
- Raja’ dapat meningkatkan rasa syukur atas
nikmat yang telah diteriamnya
- Raja’ dapat menghilangkan rasa hasud, dengki,
dan sombong kepada orang lain
3. Hikmah Taubat
-
Orang yang bertaubat
akan sadar bahwa ia tidak sempurna dan bisa
berbuat kesalahan, karena itu bisa menimbulkan sikap hati-hati dan tidak
gegabah.
-
Orang yang bertaubat
tidak akan berbuat salah lagi, karena tertanam dalam hatinya penyesalan.
-
Orang yang bertaubat
hidupnya akan dipenuhi dengan optimis yang besar akan masa depan hidup yang
akan dijalaninya dan memiliki
kesempatan besar untuk
mendapatkan surga Allah Swt .
-
Orang yang bertaubat
akan mendapat rahmat dari Allah Swt.
-
Orang yang bertaubat
akan bersih jiwanya dari dosa dan sifat buruk.
-
Orang yang bertaubat
akan terhindar dari azab Allah Swt.
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Sudah selayaknya setiap mislim, baik laki-laki maupun perempuan bersikap
dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya husnudzon, taubat dan raja’. Karena
taubat adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak
keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu,
seharusnyalah kita selalu raja’(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk
mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’ menjadikan seseorang bersikap
optimis, dinamis dan berpikir kritis. Juga kita harus senantiasa husnudzon baik Kepada Allah SWT, Diri Sendiri, keluarga, dan lainnya. Karena dengan husnudzon kehidupan kita
akan selalu damai dan penuh kebahagiaan.
B.
Saran
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya
jejak langkah beliau merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan
patut ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang
artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Oleh
karena itu, sedikit demi sedikit mari kita terapkan akhlak terpuji yang telah
kami jelaskan ini juga akhlak terpuji lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Agar
hidup kita selalu damai dan penuh kebahagiaan.
Daftar
Pustaka
Baca Juga : Puisi ayat Qur'an

No comments: